LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
KONSEP DASAR
I. Pengertian
Tuberkolosis adalah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubecolosis.
II. Proses penularan
Tuberkolosis tergolong airbone
disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh
individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat
mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan
dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah
sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang
yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu
keberhasilan pemaparan tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet
nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernafas dalam uadar yang
terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui
saluran pernafasan (paling sering), M. Tuberkulosis juga dapat masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
III. Patofisiologi
Mycobacterium TBC
Masuk jalan napas
Tinggal di
Alveoli
Tanpa infeksi
Inflamasi disebar
oleh limfe
Fibrosis Timbul
jar. Ikat sifat
Elastik
& tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen
Exudasi kembali
saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas
tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.
Sesak
IV. Gambaran klinik
Tuberkulosis sering dijuluki
”the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan
dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat
dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi :
- Batuk
Gejala batuk timbul paling
dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat
non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan
jaringan.
- Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam
dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari
besar kecilya pembuluh darah yang pecah.
- Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
- Nyeri dada
Nyeri dada TB paru termasuk
nyeri pleuristik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di
pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi :
- Demam
Merupakan gejala yang sering
dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.
- Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah
keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala misalnya
gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
V. Klasifikasi
Klasifikasi TB paru dibuat
berdasarkan gejala klinik, bakteriologi, radiologik, dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor
determinan untuk menerapkan strategi terapi. Klasifikasi TB paru bibagi sebagai
berikut:
1. TB Paru BTA positif dengan kriteria :
·
Dengan
atau tanpa gejala klinik
·
BTA
positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik 1 klai disokong biakan
positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
·
Gambaran
radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA negatif dengan kriteria :
- Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif
- BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB paru dengan kriteria :
- Bakteriologi (mikroskopik dan biakan negatif)
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
- Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)
VI. Terapi
Tujuan pengobatan pada
penderita TB paru selain utnuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah
kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis
terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7
bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
rifampisin, INH, pirasinamid, streptomisin dan etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah kanamisin, kuinolon, makrolide dan amoksilin adan asam
klavulanat, derivat rifampisin / INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama
dapat dilihat pada tabel berikut :
Obat anti TB esensial
|
Aksi
|
Potensi
|
Rekomendasi dosis (mg/kg BB)
|
||
Per hari
|
Per minggu
|
||||
3 x
|
2 x
|
||||
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
|
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
|
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
|
5
10
25
15
15
|
10
10
35
15
30
|
15
10
50
15
45
|
Untuk keperluan pengobatan
perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa,
berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bateriologik, hapusan dahak dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan
pengambilan keputusan dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak
secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang
memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka
pndek dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO) khususnya
dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT
jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
FOKUS PENGKAJIAN KEperawatan
1. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik
Berdasarkan klasifikasi
Doengoes dkk (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
- Aktivitas atau istirahat
Gejala :
·
Kelelahan
umum dan kelemahan
·
Dispnea
saat kerja maupun istirahat
·
Kesulitan
tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat
·
Mimpi
buruk
Tanda :
·
Takikardia,
takipnea/dispnea pada saat kerja
·
Kelelahan
otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
- Sirkulasi
Gejala :
·
Palpitasi
Tanda :
·
Takikardia,
disritmia
·
Nadi
apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
·
Tanda
homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam mediatinum)
·
TD :
hipertensi atau hipotensi
·
Distensi
vena jugularis
- Integritas ego :
Gejala :
·
Gejala-gejala
stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan
tidak berdaya atau putus asa, menurunya produktivitas.
Tanda :
·
Menyangkal
(khususnya pada tahap dini)
·
Ansietas,
ketakutan, gelisah, iritabel.
·
Perhatian
menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
- Makanan dan cairan
Gejala :
·
Kehilangan
nafsu makan
·
Penurunan
berat badan
Tanda :
·
Turgor
kulit buruk, kering, bersisik
·
Kehilangan
massa otot, kehilangan lemak subkutan.
- Nyeri dan kenyamanan
Gejala :
·
Nyeri
dada meningkat karena pernafasan, batuk berulang.
·
Nyeri
tajam atau menusuk diperberat oleh nafas dalam, mungkin menyebar ke bahu, leher
atau abdomen.
Tanda :
·
Berhati-hati
pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
- Pernafasan :
Gejala :
·
Batuk
(produktif atau tidak produktif)
·
Nafas
pendek
·
Riwayat
terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Tanda :
·
Peningkatan
frekuensi pernafasan
·
Peningkatan
kerja nafas penggunaan otot aksesori pernafasan pada dada, leher, retraksi
interkostal, ekspirasi abdominal kuat.
·
Pengembangan
dada tidak simetris
·
Perkusi
pekak dan penurunan fremitus
·
Bunyi
nafas menurun atau tidak ada secara bilateral atau unilateral
·
Karakteristik
spuntum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak darah
·
Deviasi
trakeal.
- Keamanan
Gejala :
·
Kondisi
penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi sekunder.
Tanda :
·
Demam
ringan atau demam akut
- Interaksi sosial :
Gejala :
·
Perasaan
terisolasi atau penolakan karena penyakit menular
·
Perubahan
aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
- Penyuluhan /pembelajaran :
Gejala :
·
Riwayat
keluarga KB
·
Ketidakmampuan
umum atau status kesehatan buruk
·
Gagal
untuk membaik atau kambuhnya TB
·
Tidak
berpartisipasi dalam terapi
2. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang
dilakukan diuraikan pada tabel berikut :
Jenis pemeriksaan
|
Interpretasi hasil
|
Spuntum :
Tes kulit (PPD, mantoux, Vollmer)
Foto thoraks
Histologi atau kultur jaringan
(termasuk bilasan lambung, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit)
Biopsi jarum pada jaringan paru
Darah :
Tes faal paru
|
Mycrobacterium tubercolosis
positif pada tahap aktif, penting untuk menetapkan diagnosa pasti dan
melakukan uji kepekaan terhadap obat.
BTA positif
Reaksi positif (area positif 10 mm
atau lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
berarti untuk menunjukkan keaktifan penyakit
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi
awal pada area paru, simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan,
akumulasi udara, area cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur
mediastinal.
Hasil positif dapat menunjukkan
serangan ektrapulmonal
Positif untuk gralunoma TB, adanya
giant cell menunjukkan nekrosis.
Indikator stabilitas biologik
penderita, respon terhadap pengobatan dan predeksi tingkat penyembuhan.
Sering meningkat pada proses aktif.
Menggambarkan status imunitas
penderita (normal ata supresi)
Hiponatremia dapat terjadi akibat
retensi cairan pada TB paru kronis luas.
Hasil bervariasi tergantung lokasi
dan beratnya kerusakan paru.
Penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru
total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim
atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
|
3. Diagnosa Keperawatan
a.
Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
b.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
c.
Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi
spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4. Intervensi Keperawatan
a.
Diagnosa
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria
hasil :
Ü
Mencari
posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
Ü
Mendemontrasikan
batuk efektif.
Ü
Menyatakan
strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana
Tindakan :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang
efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat
pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan
dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak
mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas
dan meningkatkan ventilasi alveolar.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari
dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru
mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/
Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan
viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan
dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik
setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa
kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
9.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan
lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
b.
Diagnosa
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria
hasil :
Ü
Memperlihatkan
frekuensi pernapasan yang efektif.
Ü
Mengalami
perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Ü
Adaptive
mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana
tindakan :
1.
Berikan
posisi yang nyaman, biasanya dengan
peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk
duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2.
Observasi
fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda
vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3.
Jelaskan
pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
4.
Jelaskan
pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5.
Pertahankan
perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan
lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi
hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6.
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.
c.
Diagnosa
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria
hasil :
Ü
Menyebutkan
makanan mana yang tinggi protein dan kalori
Ü
Menu
makanan yang disajikan habis
Ü
Peningkatan
berat badan tanpa peningkatan edema
Rencana
tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat
menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum
makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan
untuk makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali
sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat
menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari
cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ cairan
dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang
disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi
jumlah protein dan kalori adekuat.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan
tinggi elemen berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau,
kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d.
Zat besi
(jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk
mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan
jarinagn hepar.
7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak
mengkonsumsi nutrien yang cukup.
R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi
protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata
- Nama : Tn. D
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Umur : 73 tahun
- Pekerjaan : -
- Alamat : Jl. Mawar No. 1
- Agama : Islam
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengatakan sesak nafas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami batuk darah
sejak 2 hari yang lalu dan merasa sesak saat bernafas.
3) Riwayat kesehatan sebelumnya
Klien mempunyai TB paru sejak
5 tahun yang lalu, minum obat OAT secara teratur.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Istri, anak-anaknya tidak
mempunyai penyakit yang berbahaya, menular atau menurun.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Keadaan lingkungan di sekitar
rumah klien cukup sehat, tempat tidur bersih, kering dan nyaman.
3. Pemeriksaan fisik
1) Pernafasan
·
Bentuk
dada simetris.
·
Klien
batuk mengeluarkan darah ± 200 cc; nafas dangkal
·
Frekuensi
pernafasan 30 x/mnt dengan memakai pernafasan perut dan bantuan otot pernafasan
sternokloidomastoid.
·
Terdengar
bunyi ronchi.
2) Cardiovaskuler
·
Frekuensi
nadi 92 x/mnt, tidak teratur.
·
Dada
terasa nyeri bila untuk membatukkan dahak.
·
Clubbing
fingger tidak ada.
·
Suara
jantung normal.
·
Edema,
tidak ada.
3) Persyarafan
·
Tingkat
kesadaran, compos mentis.
·
BCS
4, 5, 6
·
Koordinasi
gerak normal.
4) Penginderaan
d. Mata
·
Bentuk
bola mata normal, simetris.
·
Bentuk
pupil, isokor.
·
Gerak
bola mata dan medan penglihatan normal.
·
Bentuk
dan kulit pada kelopak mata tidak ada luka.
·
Warna
sklera putih.
·
Warna
konjungtiva merah muda.
e. Hidung
·
Bentuk
normal, lubang hidung simetris tidak ada pembengkakan.
·
Di
dalam rongga hidung tidak ada luka dan tidak berlendir.
·
Bentuk
dan posisi septum normal.
·
Hidung
dapat mengidentifikasi bau dengan benar.
f. Telinga
·
Aurikel
: normal.
·
Membran
tymphani : terang, tidak ada lesi.
·
Nyeri
tekan : tidak ada.
g. Perasa : normal, dapat membedakan rasa.
h. Peraba : normal, dapat merasakan nyeri
tekan.
5) Perkemihan
·
Produksi
urine ± 1500 ml/hari.
·
Tidak
ada masalah pada kandung kemih.
·
Warna
urine kuning kecoklatan.
6) Pencernaan
·
Mulut
dan tenggorokan : mulut dalam keadaan kotor ada bekas ciran darah.
·
Abdomen
tidak ada kelainan.
·
Terhadap
masalah pada pola BAB 1 x/hari
7) Otot dan tulang
·
Kemampuan
pergerakan bebas.
·
Ekstremitas
atas dan bawah tidak ada kelainan.
·
Kemampuan kekuatan otot 5 5
5 5
·
Tulang
belakang tidak ada kelainan.
8) Integument
·
Warna
kulit : kuning kecoklatan
·
Akral
: dingin basah
·
Turgor
: elastis
ANALISA DATA
Nama Px :
Tn. D
Umur :
73 tahun
No
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
Kemungkinan Penyebab
|
1
|
DS :
Klien mengatakan sering meludah di luar jendela
kamar
DO :
·
Klien
tampak gelisah
·
Klien
tampak pucat
·
Nadi
92 x/menit
|
Bersihan jalan nafas tak efektif
|
Sekresi yang kental/sekresi darah
|
2
|
DS :
Klien mengatakan sesak saat bernafas
DO :
·
Klien
tampak sering batuk/bersin tanpa menutup mulut (mis : dengan tissue)
·
Klien
tampak lemas
|
Resiko tinggi infeksi
|
Malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajahan patogen
|
3
|
DS :
Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO :
·
Klien
tampak lemas
·
BB
klien turun
·
Klien
tampak tidak tertarik pada makanan
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Anoreksia
|
4
|
DS :
Klien mengatakan kemarin sudah tidak batuk lagi
dan sesak tetapi sekarang klien batuk darah lagi dan sesak.
DO :
·
Klien
tampak diam (setelah batuk darah)
·
Nadi
92 x/menit
·
Keluar
keringat dingin basah
|
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
|
Tak akurat/tak lengkap informasi yang ada
|
PRIORITAS MASALAH
No
|
Dx Keperawatan
|
1
2
3
4
|
Bersihan jalan nafas tak efektif b.d sekresi
yang kental/sekresi darah.
Resiko tinggi infeksi b.d malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
anoreksia.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) b.d tak
akurat/tak lengkap informasi patogen.
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Px :
Tn. D
Umur :
73 tahun
No
Dx
|
Tujuan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan diharapkan bersihan
jalan nafas efektif
KH :
· Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
· Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas
|
· Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas,
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori).
· Kaji kemampuan untuk mengeluarkan
mukosa/batuk efektif, catat karakter, volume sputum.
· Berikan pasien posisi semi atau fowler
tinggi. Bantu px untuk batuk dan latihan nafas dalam.
· Pertahankan masukan cairan sedikitnya
2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
· Bersihan sekret dari mulut dan trakhea,
penghisapan sesuai keperluan.
· Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi seperti agen mukolitik, bronkodilator dan kortikosteroid.
|
· Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan
atelektasis, ronchi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori dan
pesi kerja pernafasan.
· Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum
berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitas) paru
atau luka oronkial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
· Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi max membuka area atelektasis
dan menningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk
dikeluarkan.
· Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
· Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan
dapat diperlukan jika px tidak mampu mengeluarkan sekret.
· Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
pelengketan sekret paru untuk memudahkan kebersihan bronkodilator
meningkatkan ukuran lumen perabangan trakeo bronkial sehingga menurunkan
tahanan terhadap aliran udara. Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan
hipokseiria dan bila respon inflamasi mengancam hidup.
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder.
KH :
· Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.
· Melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
|
· Kaji patologi penyakit dan potensial
penyearan infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah,
bicara, tertawa, menari.
· Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan
pada tissue dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tissue sekali pakai dan
teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi.
· Identifikasi orang lain yang beresiko
(misal : anggota rumah, sahabat).
· Tekankan pentingnya tidak menghentikan
terapi obat.
|
· Membantu pasien menyadari/menerima
perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang dan
untuk mencegah infeksi ke orang lain.
· Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.
· Orang-orang yang terpajan ini perlu
program terapi obat untuk mencegah penyebaran terjadinya infeksi.
· Periode singkat berakhir 2-3 hari
setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang,
resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH :
· BB meningkat.
· Melakukan perilaku/perubahan pola hidup
untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.
|
· Kaji status nutrisi pasien, turgor
kulit, berat badan dan derajat kekurangan BB, integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan, riwayat mual/muntah atau diare.
· Fasilitas pola diet biasa pasien yang
disukai/tidak disukai.
· Pantau masukan/pengeluaran timbang BB
secara periodik.
· Kaji anoneksia, mual, muntah kemungkinan
hubungan dan obat awasi frek, volume, konsistensi feses.
· Anjurkan untuk istirahat siang.
· Berikan perawatan mulut sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
· Anjurkan makan sedikit dan sering dengan
makanan tinggi protein dan KH.
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet.
|
· Berguna dalam mendefinisikan
dengan/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
· Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
· Berguna dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan.
· Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan
pemasukan/penggunaan nutrien.
· Membantu menghemat energi khususnya bila
kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
· Menurunkan rasa tak enak karena sisa
sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang muntah.
· Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan
iritasi gaster.
· Memberikan bantuan dalam perencanaan
diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan diharapkan informasi
yang diterima akurat.
KH :
· Menyatakan pemahaman proses penyakit dan
kebutuhan pengobatan.
· Melakukan perilaku pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan umum.
· Menggambarkan rencana untuk menerima
perawatan kesehatan adekuat
|
· Kaji kemampuan px untuk belajar (tingkat
kecemasan, partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar).
· Ajarkan dan nilai kemampuan px untuk
mengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit (nyeri dada, demam,
kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo).
· Jelaskan tentang dosis obat, frek,
pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung
dalam waktu lama.
|
· Belajar tergantung pada emosi dan
kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
· Dapat menunjukkan kemajuan atau
pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
· Meningkatkan partisipasi px dalam
program pengobatan dan mencegah putus berobat karena membaiknya kondisi fisik
klien sebelum jadwal terapi selesai.
|
IMPLEMENTASI
Nama Px :
Tn. D
Umur :
73 tahun
Tanggal
|
No Dx
|
Evaluasi
|
TT
|
29-9-2007
|
1
2
3
4
|
·
Auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk.
·
Menganjurkan
untuk minum untuk meningkatkan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
·
Mendorong
keluarga dalam memberikan perawatan mulut.
·
Mengajarkan
px untuk nafas dalam dan batuk efektif.
·
Mengkaji
potensial penyebaran infeksi.
·
Menganjurkan
px untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue.
·
Mengkaji
pembuangan tissue dan teknik cuci tangan yang tepat.
·
Menjelaskan
tentang pentingnya terapi obat agar tidak dihentikan.
·
Mengkaji
status nutrisi, kemampuan/ ketidakmampuan untuk menelan.
·
Mengajarkan
pola diet px.
·
Mengkaji
anoreksia, mual, muntah berhubungan dengan obat.
·
Menganjurkan
untuk istirahat siang.
·
Memberikan
perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
·
Menganjurkan
makan sedikit tapi sering dengan TKTP.
·
Menganjurkan
dan menilai kemampuan px.
·
Menjelaskan
tentang dosis obat, frekuensi pemberian, cara kerja.
·
Menjelaskan
mengapa pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama.
·
Mengkaji
kemampuan px untuk belajar (tingkat kecemasan, partisipasi dan lain-lain).
|
EVALUASI
Nama Px :
Tn. D
Umur :
73 tahun
No
|
Tanggal
|
No Dx
|
Evaluasi
(Format SOAP)
|
TT
|
29-9-2007
|
1
2
3
4
|
S :
Klien mengatakan tadi pagi menghabiskan porsi
makan.
O :
· Keadaan umum lemah
· Bibir kering
· Kulit kering
· Klien tampak kurus
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan No 3, 5, 6, 8
S :
Klien mengatakan mengeluarkan batuk/bersin pada
tissue sekali pakai
O :
· Klien sudah tidak meludah
· Klien sudah mencuci tangan dengan tepat
· Klien tetap melakukan terapi obat
A :
Masalah belum teratasi
P :
Dehentikan kecuali No. 2, 4
S :
Klien mengatakan sudah melakukan pola hidup
sehat
O :
· Klien sudah menunjukkan kemampuannya
A :
Masalah teratasi
P :
Dihentikan kecuali No. 2
S :
Klien mengatakan masih batuk tapi dahak tidak
bisa keluar
O :
· Keadaan umum lemah
· Klien terlihat batuk tapi dahak tidak
bisa keluar
· Posisi klien semi fowler
A :
Masalah belum teratasi
P :
Dilanjutkan No. 1, 3, 5, 6
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar