ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABLASI RETINA



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABLASI RETINA

Definisi
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang dengan sel epitel pigmen ( Ilyas, Sidarta, 1997 )
Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dengan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel. Sehingga, merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.

Klasifikasi Ablasi Retina
Berdasarka penyebabnya ablasi retina dapat diklasifikasikan menjadi 3 :
1.      ABLASI RETINA REGMATOGENESA
Terjadi akibat adanya robekan pada kornea sehingga cairan masuk kebelakang antara pigmen epitel dengan retina. Terjadinya pendorongan oleh badan kaca air ( fluid vereous ) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina / terlepas dari lapisan epitel pigmen koroid.
2.      ABLASI RETINA EKSUDATIF
Terjadi akibat tersumbatnya eksudat dibawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid ( extra vasation ) hal ini disebabkan penyakit koroid.
3.      ABLASI RETINA TARIKAN ( TRAKSI )
Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi karena terikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penurunan penglihatan tanpa disertai rasa sakit. Pada jaringan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes melitus prolifelatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.
Etiologi
a.       ABLASI RETINA TARIKAN ( TRAKSI )
Terjadi akibat adanya robekan pada kornea sehingga cairan masuk kebelakang antara pigmen epitel dengan retina. Mata yang mudah diserang ablasi retina adalah mata dengan miopa tinggi, paska retinitis dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer.
b.      ABLASI RETINA EKSUDATIF
Terjadi akibat tersumbatnya eksudat dibawah retina, akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid karena penyakit koroid.
Kelainan ini dapat terjadi pada : skleritus, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, taksemia gravidarum.
c.       ABLASI RETINA REGMATOGENESA
Terjadi karena terikan jaringan parut pada badan kaca. Jaringan ini terjadi karena adanya diabetes melitus proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca karena trauma atau infeksi.














Patofisiologi
  • Retina dibetik
  • Trauma
  • Cairan eksudat tertimbun
  • Tarikan jaringan parut pada retina


 
Robekan pada retina

Retina lepas / ablasi
Keluhan melihat kilatan sinar mendadak

Nutrisi dari korid    ( - )
 


Kematian retina








 


Kehilangan penglihatan (buta)
Menjalar pada makula lutea
 


Penurunan ketajaman penglihatan

Pengobatan dengan pembedahan laser photo dll
Adanya benda gelap bergerak ( Floaters )


 
Perubahan sensori / persepsi visual


 
Ansietas b/d penurunan


 
penglihatan permanen


 
Resiko tinggi terhadap cidera
Ansietas berhubungan dengan kebutaan
Perubahan ADL
o Cemas b/d tindakan pembedahan
o Resti terhadap kerusakan penatalaksanaan perawatan di rumah
o Perubahan ADL






Penanganan / Pengobatan
Pengobatan pada ablasi retina adalah dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya antara 1 – 2 hari sebelum pembedahan px dirawat dengan mata tertutup. Pengobatan ditujukan untuk melekatkan kembali retina yang lepas dengan cara :
o   Diatermi permukaan ( surface diatermy )
o   Diatermi setengah tebal sklera ( partial penetrating diatermy ) sesudah reseksi sklera
o   Implan diletakkan di dalam kantong sklera yang telah direseksi yang aka mendekatkan sklera dengan retina dan mengakibatkan buckle yang terlokalisir
o   Band ( sabuk ) yang melingkar pada bola mata merupakan tindakan yang mulai populer karena memperbaiki prognosis dan mobilisasi yang cepat
o   Cryotherapy atau laser foto koagulasi untuk merekatkan kembali retina dengan lapisan koroid
o   Pneumatic retinopexy merupakan prosedur dimana udara ditempatkan dalam ruang vitraeolis

Pengkajian
Ø  Riwayat kesehatan
v  Faktor penyebab
ü  Retina diabetik atau cedera tusuk intraokuler
v  Manifestasi subyektif
ü  Keluhan tiba – tiba adanya keluhan sinar ( fotopsia ) diikuti dengan titik terapung ( disebabkan oleh perdarahan kedalam rongga vitreus )
ü  Keluhan kehilangan penglihatan progresif dan sensasi kabut dibagian atas mata ( penurunan penglihatan terjadi pada area pelepasan )
v  Manifestasi obyektif
ü  Dengan optalmoskop kita dapat melihat retina yang berwarna abu – abu dengan lipata – lipatan yang berwarna putih
ü  Lubang / robekan di retina dapat ditetapkan dengan melihat reflek merah daripada koroid yang lepas yang berwarna abu – abu
ü  Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang terlepas ( ablasi ) bergoyang. Kadang – kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca
Ø  Pemeriksaan fisik
1.      Inspesi struktur mata eksternal
·         Kesimetrisan kelopak mata
·         Kebersihan kornea / sklera
·         Adanya alis mata dan bulu mata
2.      Kaji pupil
·         Kesimetrisan
·         Reflek terhadap ragsang
3.      Kaji gerak bola mata
4.      Kaji ketajaman penglihatan
5.      Kaji psiko sosial klien
·         Perasaan ( cemas / takut terhadap kehilangan penglihatan )
6.      Kaji pengetahuan
·         Respon emosional klien terhadap rencana prosedur pengobatan

Diagnosa Keperawatan
1.      ansietas b/d ancaman penurunan penglihatan permanen, rencana bedah, kebutaan
2.      resiko tinggi terhadap cedera b/d kerusakan penglihatan sekunder terhadap pelepasan retina
3.      resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan perawatan dirumah b/d kurang pengetahuan perawat saat pulang, ketidakadekuatan sistim pendukung.





Rencana Keperawatan
Dx I                          : Ansietas b/d ancaman penurunan penglihatan permanen
Tujuan                      : cemas / ansietas hilang / berkurang
Kriteria evaluasi       : - pasien tampak tenang / rileks
                                         - berkurangnya perasaan cemas
                                         - mengungkapkan pemahaman tentang rencana terapeutik
INTERVENSI
RASIONAL
Biarkan Px mengekspresikan perasaannya. Jelaskan semua tujuan dari semua tindakan yang akan dilakukan
Mengekpresikan keinginan untuk membantu mengurangi ansietas. Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan juga membantu menghilangkan rasa takut ( pada waktu kedua mata ditutup )
Pertahankan bel pemanggil disamping tempat tidur yang dapat dijangkau Px dan pagar tempat tidur ditinggikan. Instruksikan Px untuk memberikan tanda untuk bantuan
Untuk memberikan rasa keamanan
§ Berikan rangsangan auditorius ( radio ) pada Px
§ Jelaskan aktivitas – aktivitas yang terjadi di dalam ruangan
§ Panggil Px dengan nama pada saat memasuki ruangan dan identitas diri selama setiap kunjungan. Jangan pernah menyentuh Px buta tanpa menanyakan terlebih dahulu
§ Tempatkan barang – barang diatas meja, diatas tempat tidur Px. Jelaskan dimana barang – barang diletakkan. Tempatkan – barang – barang di tempat yang sama setiap waktu dapatdipindahkan dan dikembalikan keatas meja
§ Berikan sedotan pada wadah air minum
§ Beritahu Px bila ingin meninggalkan ruangan
§ Kunjungi dengan sering untuk mengkaji kebutuhan – kebutuhan
§ Atur barang – barang pada nampan makan
Tindakan ini memberikan pasien beberapa derajat kemandirian dengan sedikit bahaya dari cedera. Mempertahankan pemberian informasi tentang kejadian – kejadian yang terjadi di dalam ruangan, membantu mengurang ansietas























Daftar Pustaka

Engran, Barbara ( 1998 ). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ( 2nd,vol ). Jakarta : ECG    
Reeves, Charlene J & Roux, Gayle & Lockhart, Robin ( 2001 ). Keperawatan Medikal Bedah ( 1st ed ). Jakarta : Salemba Medika
Oka, P.N ( 1993 ). Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga University Press
Ilyas, Sidarta ( 1999 ). Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI
Ilyas, Sidarta dkk ( 1981 ). Sari Ilmu Penyakit Mata : Jakarta : FKUI






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar